Dalam lanskap keagamaan Indonesia yang kaya, perbedaan antara Sunni dan Syiah seringkali menjadi sorotan. Namun, di balik perbedaan tersebut, terdapat upaya-upaya untuk membangun pemahaman dan toleransi antar kedua kelompok ini. Sebuah penelitian terbaru oleh Asfa Widiyanto telah mengkaji tantangan dan peluang dalam upaya rapprochement (pendekatan) antara Sunni dan Syiah di Indonesia.
Penelitian ini mengungkapkan bahwa meskipun terdapat sejarah panjang perbedaan dan bahkan konflik antara Sunni dan Syiah, namun terdapat pula upaya-upaya konstruktif untuk membangun dialog dan kerjasama. Beberapa organisasi Islam moderat, seperti Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah, telah memainkan peran penting dalam memfasilitasi dialog antar kedua kelompok.
Tantangan
Beberapa tantangan yang dihadapi dalam upaya rapprochement antara Sunni dan Syiah di Indonesia antara lain:
- Mispersepsi: Ketidakpahaman yang mendalam tentang ajaran dan praktik masing-masing kelompok seringkali memicu kesalahpahaman dan prasangka.
- Pengaruh Global: Konflik antara Sunni dan Syiah di Timur Tengah juga turut mempengaruhi dinamika hubungan antara kedua kelompok di Indonesia.
Peluang
Meskipun terdapat tantangan, namun terdapat pula sejumlah peluang untuk membangun hubungan yang lebih baik antara Sunni dan Syiah di Indonesia, yaitu:
- Potensi Ekonomi: Kerjasama antara Sunni dan Syiah dapat memberikan kontribusi positif bagi perekonomian Indonesia, terutama dalam bidang sosial dan keagamaan.
- Generasi Muda: Generasi muda cenderung lebih terbuka dan toleran terhadap perbedaan, sehingga mereka dapat menjadi agen perubahan dalam membangun hubungan yang lebih harmonis.
Kesimpulan
Penelitian ini menyoroti pentingnya upaya-upaya rapprochement antara Sunni dan Syiah di Indonesia. Dengan membangun dialog yang konstruktif dan saling menghormati, kedua kelompok dapat hidup berdampingan secara damai dan berkontribusi bagi kemajuan bangsa.