Salatiga- Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) IAIN Salatiga kirim lima delegasi untuk ikuti workshop dengan tema “Pelatihan Media Sensitif Gender bagi Penggiat Media” di d’Emmerick Salibputih Hotel, Salatiga. Acara yang diselenggarakan oleh Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) ini berlangsung selama dua hari, Rabu/Kamis,(14/15/8).
“Kita harus bahu membahu untuk aktif memberi usulan pada kegiatan ini sebagai para penggiat dan jurnalis terkait pemberitaan anak,” ujar Ketua DP3AP2KB, Retno Sudewi, dalam pidato sambutannya yang diwakilkan oleh pihak dinas.
Wakil Ketua DPRD Provinsi Jawa Tengah, Ahmadi, S.E pun turut hadir memberikan materi tentang Kebijakan Pemerintah dalam Pendewasaan Usia Perkawinan. “Pendidikan bukan segala-galanya, tapi segala-galanya berasal dari pendidikan. Mari kita dorong agar pendidikan jadi kualitas”, ujarnya. Ia juga menegaskan untuk mencegah pernikahan usia dini karena tidak baik untuk ibu dan anak baik dari segi kesehatan dan ekonomi.
Sejalan dengan imbauan Dini Inayati, Komisioner Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jawa Tengah, bahwa usia menikah anak hendaknya mengacu pada peraturan yang berlaku. Dalam materinya tentang Peran Media dalam Pencegahan Perkawinan Usia Anak, Ia memaparkan jika media sebagai orientasi penyampaian informasi yang dikomsumsi semua kalangan hendaknya mengakomodir hak anak yang program siarannya sesuai dengan kepentingan anak. “Media harus membangun kultur untuk media yang sesuai dengan masyarakat, bukan kebutuhan masyarakat,” tandasnya. Media, baik televisi, radio, ataupun media online supaya mencari titik temu agar tidak melakukan ketidakadilan gender dalam setiap tayangannya, karena banyak judul-judul berita yang menarik terkesan merendahkan jenis kelamin tertentu, imbuhnya.
Peserta workshop sekaligus delegasi dari Pusat Studi Gender Anak (PSGA) IAIN Salatiga, Aprilian Ria Adisti mengatakan, pelatihan ini bagus bisa banyak mendapatkan ilmu baru, tidak hanya sosialisasi bagaimana pencegahannya tapi ada literasi dan edukasi tentang konten yang ramah untuk anak itu seperti apa. “Kegiatan disini tadi, kalau saya menkankan itu tentang Literasi media yang ramah anak, tema spefikasi tentang upaya pencegahan pernikahan anak, konsennya lebih ke media tetapi ada nilai-nilai gender. Untuk instansi pemerintah, lebih baik lagi seperti ini yang bisa menjangkau semua ranah elemen, undang sekolah yang riskan untuk ikut pelatihan sehingga anak bisa pulang membawa tugas baru untuk membantu mensosialisasikan program literasi media ini,” jelasnya.
Kegiatan yang diikuti oleh 45 peserta dari berbagai elemen jurnalis, media TV, radio, pers kampus, media komunitas, dan tim media dan informasi DP3AP2KB ini berakhir dengan pembahasan tugas berupa pembuatan konten berupa video dan poster oleh peserta dari bebrapa kelompok pada Kamis (15/8). (Hana)