Benchmarking KUI UIN Salatiga ke LP2M UIN Malang, Perkuat Kerjasama Internasional

Kantor Urusan Internasional (KUI) UIN Salatiga melakukan benchmarking ke Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) UIN Malang, khususnya ke Pusat Kerjasama Internasional. Kunjungan ini diterima langsung oleh Sekretaris LP2M UIN Malang pada Selasa 22 Juli 2025. Pemilihan UIN Malang sebagai lokasi benchmarking bukan tanpa alasan. UIN Malang dinilai memiliki inovasi serta pengembangan program internasional yang signifikan, sehingga dapat menjadi rujukan bagi UIN Salatiga untuk memperkuat kiprah internasionalnya.

Ketua rombongan yang dipimpin oleh Bapak Hammam, Ph. D selaku ketua LP2M UIN Salatiga menyampaikan bahwa fokus utama pembahasan adalah dampak internasionalisasi, termasuk keberadaan mahasiswa asing, peluang riset bersama, serta strategi memperluas jejaring internasional. Mengingat UIN Salatiga secara resmi baru memiliki KUI pada tahun 2023, setelah sebelumnya sejak 2019 dikelola secara relawan pembelajaran dari UIN Malang dinilai sangat berharga.

Dalam diskusi, LP2M UIN Malang berbagi pengalaman tentang pengelolaan kerjasama internasional, mulai dari aktivasi Memorandum of Understanding (MoU) hingga rencana penyetaraan ijazah di tingkat global. Mereka juga membahas peluang kolaborasi riset, penulisan artikel ilmiah internasional, hingga program beasiswa, termasuk Erasmus+ di Eropa.

UIN Malang juga memaparkan kebijakan Program Intensif Bahasa Indonesia (BIPA) untuk mahasiswa asing pada tahun pertama, sehingga memudahkan proses adaptasi akademik. Misalnya, memasukkan mata kuliah umum/institut/MKU ke dalam pembelajaran BIPA. Setelah akhir semester, nilai dari MKU tersebut konversi menjadi nilai MKU reguler di SIAKAD. Selain itu, mahasiswa asing di UIN Malang ditempatkan di ma’had dengan program khusus, sementara kegiatan orientasi melibatkan banyak pihak, termasuk kepolisian, Kesbangpol, dan stakeholder terkait.

Di samping itu, UIN Malang rutin mengadakan berbagai agenda internasional seperti International Festival, Educational Expo, hingga outbound yang melibatkan mahasiswa asing. Salah satu terobosan penting yang dicatat UIN Salatiga adalah kerjasama UIN Malang dengan BPJS Kesehatan untuk mahasiswa asing. Hal ini diharapkan bisa diadopsi di Salatiga, mengingat pentingnya perlindungan kesehatan bagi mahasiswa internasional.

Dari segi rekrutmen, UIN Malang mengutamakan kualitas dibanding kuantitas mahasiswa asing. Proses wawancara melibatkan setiap program studi, sementara KUI berperan mendampingi. Benchmarking ini diharapkan menjadi pijakan bagi UIN Salatiga untuk mengembangkan program internasionalisasi, baik dari segi peningkatan jumlah mahasiswa asing, penguatan riset bersama, maupun penyediaan fasilitas penunjang. (AF/MFL)