Dua mahasiswa internasional UIN Salatiga, Mr. Abdulatip Kanjang (Filipina) dan Ebrahim Hasan (Yaman) telah lolos seleksi untuk mengikuti program student exchange dari UNDIP. Kegiatan tersebut ada;ah Kursus Interdisipliner Jawa yang luar biasa, sebuah program pembelajaran lintas disiplin yang menggabungkan unsur budaya, antropologi, mitologi, dan ekologi. Kegiatan ini memberikan pengalaman langsung bagi peserta untuk memahami filosofi hidup masyarakat Jawa serta kaitannya dengan konsep keberlanjutan (sustainability) dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs). Kegiatan ini berlangsung di lingkungan masyarakat Jawa, di mana peserta berinteraksi langsung dengan warga setempat serta mempelajari praktik budaya, pertanian, dan tradisi yang telah diwariskan secara turun-temurun. Ungaran (28-30/10/2025)

Tujuan utama kegiatan ini adalah untuk menggali dan memperkenalkan kearifan lokal masyarakat Jawa sebagai sumber nilai-nilai keberlanjutan yang relevan dengan tantangan global masa kini. Melalui pemahaman terhadap budaya, mitologi, dan praktik ekologis tradisional, peserta diharapkan mampu melihat hubungan erat antara budaya lokal dan upaya pelestarian lingkungan hidup.
Kursus ini dilaksanakan dalam rangkaian kegiatan pembelajaran interdisipliner yang berlangsung selama 3 hari, dari tanggal 28 sampai 30 Oktober 2025. Peserta kegiatan terdiri atas mahasiswa lintas jurusan, dosen pendamping, serta fasilitator yang merupakan akademisi dan praktisi budaya Jawa. Masyarakat lokal juga berperan aktif sebagai narasumber lapangan yang membagikan pengalaman dan praktik budaya mereka kepada peserta.
Kegiatan dimulai dengan pengantar mengenai nilai-nilai budaya dan mitologi Jawa, yang kemudian dilanjutkan dengan sesi pembahasan mendalam tentang mitos Dewi Sri, dewi padi dan kesuburan. Melalui kisah ini, peserta memahami bahwa hubungan antara manusia dan alam dipandang sakral dan harus dijaga dengan penuh rasa hormat.
Setelah sesi diskusi, peserta mengikuti kegiatan lapangan di desa setempat untuk menyaksikan praktik gotong royong, sistem pertanian tradisional, serta pelestarian hutan kemasyarakatan. Dalam kegiatan ini, peserta belajar bagaimana praktik pertanian seperti agroforestri dan sistem tanaman campuran berperan dalam menyerap karbon dan menjaga keanekaragaman hayati.
Selain praktik lapangan, terdapat sesi refleksi akademik di mana peserta mengaitkan pengalaman tersebut dengan teori keberlanjutan modern dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Diskusi ini menekankan bahwa keberlanjutan tidak hanya dapat dicapai melalui teknologi dan kebijakan, tetapi juga melalui nilai-nilai budaya yang menjunjung keseimbangan dan harmoni dengan alam.
Kegiatan ditutup dengan sesi refleksi pribadi, di mana peserta menyampaikan kesan dan pemahaman baru bahwa kemajuan tidak selalu berarti meninggalkan tradisi. Sebaliknya, tradisi dan kearifan lokal dapat menjadi fondasi kuat dalam membangun masa depan yang berkelanjutan. (AK ed, MFL)



