LP2M UIN Salatiga Kunjungi KUI ITS, Bahas Asuransi Mahasiswa Asing dan Program Internasional

Pada Rabu, 23 Juli 2025, Tim LP2M UIN Salatiga melakukan kunjungan kerja ke Kantor Urusan Internasional (KUI) ITS (Institut Teknologi Sepuluh November) Surabaya. Pertemuan ini menjadi ruang diskusi teknis antar kedua institusi, khususnya terkait pengelolaan mahasiswa asing dan penguatan jejaring internasional.Rombongan UIN Salatiga, dipimpin langsung oleh Ketua LP2M, Bapak Hammam, Ph. D.

Diskusi dibuka dengan pembahasan teknis mengenai pengelolaan mahasiswa internasional di ITS. Hadir dalam pertemuan tersebut sejumlah perwakilan KUI ITS, di antaranya Mbak Okti dari Divisi International Mobility, serta Mbak Neni yang menangani program UMAP (University Mobility in Asia Pacifif, Canada), divisi  PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh), serta divisi yang mengelola dokumen kerja sama seperti MOU dan MOA, yang diwakili oleh Mbak Dania.

Salah satu isu utama yang mencuri perhatian adalah fasilitas kesehatan bagi mahasiswa asing. Hal ini disampaikan oleh Ibu Marisa Fran Lina, M. Pd. selaku Kepala Pusat Kerjasama Internasional LP2M UIN Salatiga. Dalam penjelasannya, KUI ITS menyampaikan bahwa sistem yang digunakan berbeda dengan BPJS yang umum digunakan di Indonesia. Mahasiswa asing yang mendapatkan beasiswa akan didaftarkan dalam asuransi khusus bernama Takaful. Berbeda dari sistem layanan publik nasional, program Takaful dirancang secara kolektif dengan minimal 20 mahasiswa per grup, dan memberikan cakupan perlindungan kesehatan hingga Rp 8 juta per tahun.

Selain itu, ITS juga menerapkan tes psikologi sebagai bagian dari proses seleksi mahasiswa asing, terutama bagi peserta program Beasiswa KNB (Kemitraan Negara Berkembang). Proses ini dikelola oleh Medical Centre ITS, yang memiliki fungsi serupa dengan Klinik Psikologu Tazkiya di UIN Salatiga.

Mahasiswa asing yang diterima di ITS juga mengikuti kegiatan orientasi melalui program Orientation Week atau O-Week selama tiga hari oleh KUI ITS dan program BIPA (Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing). Tersedia pula student body khusus bagi mahasiswa internasional, meskipun keikutsertaannya tidak bersifat wajib.

Di sisi lain, ITS juga menjalankan program volunteer di Kantor Internasional, dengan  seleksi melalui masa On Job Training (OJT) selama tiga bulan. Peserta yang lolos akan menjalani masa pengabdian sebagai relawan selama satu tahun penuh dan terbagi dalam tiga divisi: hospitality, monitoring, dan publikasi. Komitmen menjadi kunci utama dalam program ini. Bila relawan dinilai tidak aktif, maka mereka akan dikeluarkan dari kegiatan. Program ini bahkan diintegrasikan ke dalam sistem kredit dan menjadi bagian dari persyaratan kelulusan.

Dalam bidang riset, KUI ITS menjelaskan adanya program International Research Mobility (IRM) yang mendukung pelaksanaan riset bertaraf ASEAN hingga internasional. Dana khusus puluhan juta disediakan untuk mendukung mobilitas riset, termasuk pembiayaan tiket pesawat, akomodasi, dan kebutuhan pendukung lainnya.

UIN Salatiga sendiri akan berusaha mendapatkan peluang untuk mengadaptasi terkait program pertukaran mahasiswa saat semester break di tahun mendatang.

Kerja sama riset juga dapat dilakukan melalui pendekatan partner-to-partner (P2P) untuk memperluas jangkauan kolaborasi serta membuka pintu untuk MOU baru. Dalam sesi diskusi, Pak Hammam selaku pimpinan dari LP2M UIN Salatiga turut menanggapi bahwa dalam praktiknya, program-program seperti pertukaran mahasiswa masih ditanggung oleh mahasiswa secara mandiri.