MENEBAR MANFAAT, TAZKIA LAKUKAN MOU DENGAN FPMI KABUPATEN SEMARANG

Pusat Konsultasi dan konseling  (Pustakon) Tazkia UIN Salatiga dengan Forum Pendidik Madrasah Inklusif ( FPMI) kabupaten Semarang 25 Januari lalu. Kegiatan yang dihadiri langsung oleh kepala Pustakon  Dra Siti Asdiqoh, M.Si tersebut dimaksudkan untuk menambah jejaring dengan stakholder sehingga keberadaan Pustakon Tazkia makin membawa menfaat bagi masyarakat khususnya madrasah.

Forum Pendidik Madrasah Inklusif ( FPMI) kabupaten Semarang  merupakan  wadah para guru yang memberikan perhatian terhadap  siswa berkebutuhan khusus,  yang saat ini makin banyak di madrasah-madrasah.  Sebagai madrasah  inklusif, dimana terdapat anak-anak yang memerlukan layanan pendidikan khusus, tidak bisa bekerja sendiri, perlu kolaborasi  dan konsolidasi dengan pihak luar.  Pustakon Tazkia yang sejak  awal mempunyai misi  edukasi-sosial  dan kolaborasi menyambut baik upaya para guru madrasah  untuk mengembangkan diri menjadi  lembaga pendidikan inklusif yang tanpa diskriminatif.

Kepala Pustakon  Dra Siti Asdiqoh, M.Si mengemukakan bahwa  Pustakon Tazkia bisa mengambil peran terhadap madrasah inklusif, baik dalam kegiatan asesment siswa berkebutuhan khusus melalui psikotes, pendampingan penyusunan kurikulum maupun pelatihan menguatan kompetensi guru madrasah dalam mendampingi siswa berkebutuhan khusus, serta memberikan layanan konsultasi dalam kasus-kasus tertentu.

Kegiatan yang MOU yang dilaksanakan di Pendopo Kabupten  ini ditandatangani oleh Kepala Pustakon dan ketua FPMI Kabupaten Semarang Bpk Mochamad Arifin,  dihadiri oleh Bupati Semarang  Ngesti Nugraha,  Kepala Kemenag Kabupaten Semarang, Ta’yinul Biri Bagus Nugroho, ketua FPMI pusat Supriyanto.

Pada kesempatan yang sama, hadir Dr. Lilik Sriyanti, M.Si sebagai pembicara seminar bersama anggota Komisi Nasional Disabilitas (KND) Eka Prastama Widiyanta,  serta Bupati Semarang sebagai keynote speaker. Kegiatan seminar ini  untuk menguatkan peran para guru dalam layanan pedidikan inklusif.   Dalam uraiannya Lilik mengungkapkan bahwa keberadaan madrasah inklusif menjadi harapan banyak orangtua yang mempunyai anak berkebutuhan khusus (ABK). Lilik juga mendorong para guru untuk meningkatkan empati terhadap (ABK) yang selama ini masih terkucilkan dan mendapatkan stigma negatif. Masih ada ABK  yang belum bisa diterima dengan baik bahkan oleh keluarganya sendiri.

 Kegiatan seminar yang dihadiri oleh 300 peserta dari kalangan guru, kepala dan pengawas  RA, MI dan MTs  se-kabupaten Semarang  itu juga menandatangi  pakta integritas untuk memberikan layanan pendidikan yang memanusiakan manusia.  Lilik Sriyanti bersama para pejabat Kabupaten selanjutnya  mendampingi  lounching terbentuknya Unit Layanan Disabilitas (ULD)  madrasah  pertama  di Indonesia.