LP2M IAIN Salatiga Gelar Workshop Peningkatan Mutu Manajemen Madrasah Ibtidaiyah Se-Kecamatan Mertoyudan

Magelang. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat LP2M IAIN Salatiga menyelenggarakan Workshop Pemberdayaan Masyarakat Islam dalam Rangka Pengembangan Kemitraan Pengabdian kepada Masyarakat di Kabupaten Magelang. Bapak Dr. M. Irfan Helmy, Lc. M.A. selaku Ketua LP2M IAIN Salatiga mengungkapkan bahwa kegiatan pengabdian kepada masyarakat islam ini dilaksankan sesuai karakteristik masyarakat yang bersangkutan, dalam hal ini masyarakat islam di dalam lingkup dunia pendidikan. Oleh karena itu, acara worshop yang diselenggarakan pada hari Kamis tanggal 18 November 2021 ini mengusung tema Peningkatan Mutu Manajemen Madrasah Ibtidaiyah Se-Kecamatan Mertoyudan. Harapannya, Kegiatan worshop ini dapat berkontribusi dan memberikan manfaat bagi masyarakat islam dalam hal ini guru madrasah agar dapat mengukir karir yang cemerlang sekaligus mengukir mutu pendidikan yang cemerlang ditempat para guru tersebut mengabdi.

Kegiatan Workshop yang dimulai pukul 08.00 WIB ini juga dihadiri oleh Bapak wakil Rektor Bidang Akademik dan Kelembagaan IAIN Salatiga, Prof. Dr. Muh. Saerozi, M.Ag. Pada Kesempatan ini, Prof. Saerozi mewakili Pimpinan IAIN Salatiga menucapkan terima kasih kepada masyarakat Magelang yang menaruh kepercayaan yang besar terhadap IAIN Salatiga sebagai tempat menuntut ilmu bagi anak-anak mereka, “Jasa Kabupaten Magelang Sangat Besar dalam Memajukan IAIN Salatiga”,ungkapnya. Mengingat besarnya kontribusi Warga Magelang dalam memajukan IAIN Salatiga tersebut, terselenggaranya Workshop ini diharapkan bisa menjadi wadah silaturahmi yang membawa manfaat bagi semua pihak.

Prof. Saerozi juga berpesan agar para guru madrasah senantiasa meningkatkan mutu pendidikan dengan berbasis Hi-Tech, Hi-Teach dan Hi-Touch. “Guru harus mampu menyentuh peserta didik baik dari sisi Jasmani, Pikiran, maupun hatinya”, Ungkapnya. Hal senada juga disampaikan kepala Kemenag Kabupaten Magelang, Bapak Zainal Fatah S.Ag., M.Ag., yang juga turut memberikan sambutan pada acara workshop ini. Beliau memberikan himbauan kepada para guru untuk terus meningkatkan kemampuan dan wawasan diantaranya dengan cara berpartisipasi dalam kegiatan workshop seperti ini. “Para Guru harus terus meningkatkan kemampuan di semua lini agar memiliki kompetensi dan peningkatan kinerja”, ungkapnya.

Pada Kegiatan Workshop ini, LP2M menghadirkan tiga narasumber yang berkompeten agar dapat berbagi ilmu, pengalaman dan juga agar dapat melakukan “Brainstorming” kepada para guru terkait upaya peningkatan mutu Madrasah. Narasumber pertama yaitu Bapak Wahyudi, S.Pd., M.Pd. yang merupakan Kasi Kurikulum dan Penjaminan Mutu Sekolah Dasar Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Magelang. Ia memaparkan tentang berbagai masalah dalam manajemen peningkatan mutu Pendidikan Dasar dan juga tantangan dalam dunia pendidikan yang terus berkembang. Hal ini disampaikan dengan tujuan dapat merangsang dan memberikan kesadaran kepada para guru untuk berubah agar mampu menghadapi masalah dan tantangan tersebut . “Para Guru harus Tergerak, Bergerak, dan Menggerakkan”, Ungkapnya. Guru Harus mampu mengikuti perkembangan agar tidak tertinggal atau tidak jalan ditempat. “Yang harus diubah agar dunia pendidikan maju adalah guru”, imbuhnya.

Pemateri kedua yaitu Bapak Nasrul Harahap, S.Pd.I.,M.Pd. yang merupakan Kepala SMA Muh. PK Al-Kautsar Kartasura. Pada Materi kedua ini, Pemateri menjelaskan tentang komponen manajemen Peningkatan Mutu Madrasah. Ia mengungkapkan bahwa madrasah harus terus berkembang, berinovasi dan berkreasi agar tetap survive. Hal pertama yang harus dilakukan untuk menciptakan mutu adalah Menanamkan Value Personal maupun Institutional. Value personal contohnya selalu berusaha menjadi pribadi yang bermanfaat, sedangkan Value institutional contohnya Totalitas Bersama. “Mutu akan ada bila ada value yang disepakati bersama, misalnya agar madrasah maju maka semua harus sepakat dan berkomitmen untuk totalitas”,ungkapnya. Selanjutnya peningkatkan mutu madrasah dapat dicapai dengan melakukan kreativitas,”Kreativitas itu Solusi, mundurnya madrasah dapat teratasi dengan kreatifitas”, tegasnya. Kreatifitas yang dapat dilakukan misalnya menyelenggarakan “Different Program” dengan menerapkan Multiple Intelligences System yang meliputi Cerdas alam, cerdas bahasa, cerdas gerak , cerdas bergaul, cerdas diri, cerdas angka, cerdas musik dan cerdas gambar.

Materi ketiga yaitu Strategi Peningkatan Mutu Madrasah yang disampaikan oleh Bapak Muhlisin, S.Pd., Kepala MI Program Khusus Al-Ikhlas Tengaran, Kabupaten Semarang. Pada materi ketiga ini, pemateri berbagi cerita dan pengalaman terkait latar belakang berdirinya MI PK Al-ikhlas dan strategi-strategi yang dilakukan untuk mengembangkan madrasah tersebut. Strategi yang dilakukan diantaranya dengan meningkatkan kualitas layanan pendidikan, pengembangan sistem, dan melibatkan masyarakat untuk bergotong-royong membangun madrasah. “Bila masyarakat dilibatkan, mereka akan merasa memiliki sehingga akan terpacu untuk terus mempertahankan eksistensi madrasah karena diyakini bisa menjadi ladang pahala jariyah bagi mereka ”, ungkap Bapak Muhlisin.

Semua teori, konsep dan strategi-strategi yang disampaikan oleh para pembicara tentunya harus ditindaklanjuti atau diimplemantasikan oleh para Kepala sekolah dan guru madrasah peserta workshop. Oleh Karena itu, Kegiatan Workshop ini dilanjutkan dengan kegiatan Focus Group Discussion. Bapak Irfan Helmy, selaku ketua LP2M menyampaikan bahwa FGD ini Penting diselenggarakan untuk memfasilitasi para guru merefleksikan rencana pengembangan mutu di madrasah mereka. “Kegitan FGD ini merupakan kesempatan bagi bapak ibu sekalian untuk menyampaikan gagasan terkait alternatif tindakan yang akan diimplemantasikan sesuai dengan kondisi madrasah masing-masing “, Jelas Bapak Irfan.

Bapak Irfan juga menyampaikan bahwa materi-materi workshop sebelumnya dapat dijadikan bahan refleksi, contoh atau best practice pengembangan mutu madrasah. Setidaknya ada 4 kata kunci yang perlu diingat untuk meningkatkan mutu baik individual maupun institusi yaitu Be The First, Be Better, Be dIfferent dan Be Spiritual. Be The First, Menjadi pertama dalam segala hal tentu sangat menguntungkan. Ketika kita bisa melihat peluang, membuat sesuatu yang belum ada maka kita bisa menjadi trend. Misalnya, Prestasi yang diraih salah satu jurnal IAIN Salatiga “Indonesian Journal of Islam and Muslim Societies” yang telah berhasil menjadi jurnal pertama dan satu-satunya di Indonesia yang dapat menembus The Best Quartile 1 (Q1) di Schimago Journal Rank (SJR).

Bila belum bisa mencari celah untuk menjadi yang pertama, kita bisa berusaha “Be Better”, menjadi yang lebih baik. Maksudnya kita bisa mengembangkan yang sudah ada tapi dengan memperkuat diri dan mengupayakan posisi tawar kita dengan menjadi yang terbaik. Selanjutnya, Jika belum bisa menjadi yang pertama dan terbaik, cobalah untuk menjadi yang berbeda (Be Different). Tentunya berbeda dalam makna yang positif. “Cari sesuatu yang dapat dijual, dijadikan ciri khas dan dapat dijadikan rujukan”, ungkap Bapak Irfan. Hal yang tak kalah penting yaitu Be Spiritual yaitu pendekatan spiritual khususnya spiritual islam untuk bisa memaknai siklus hidup. Misalnya memahami makna kerja yaitu sebagai sarana memaksimalkan ibadah fisik, meningkatkan pengelolaan mutu sekolah diniatkan sebagai sarana untuk bersyukur. Pada akhirnya, semua yang dijalani dengan niat dan keyakinan yang teguh akan mendapatkan jalan dan dimudahkan.

Bapak Jaka Siswanta, M.Pd. selaku sekretaris LP2M salatiga menyampaikan bahwa upaya menhadirkan para narasumber yang berkompeten dalam penyelenggaraan workshop dan FGD ini tentunya disesuaikan dengan kebutuhan para guru untuk menambah wawasan pengembangan mutu baik pribadi maupun institusi. Oleh karena itu, pada kegiatan FGD yang dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 20 November ini, panitia penyelenggara juga menghadirkan satu narasumber lagi untuk memberikan penguatan materi terkait perencanaan pengembangan mutu Madrasah Ibtidaiyah. Narasumber yang ditunjuk untuk menyampaikan penguatan materi tersebut yaitu Ibu Dra. Budi Lestari, M.Pd., Widyaiswara Balai Diklat Keagamaan Semarang.

Ibu Budi Lestari Mengawali penyampaian materi dengan quote “Jika kamu ingin sukses maka bermimpilah, lalu bangunlah untuk mewujudkannya”. Quote tersebut bermakna bahwa kita harus memiliki harapan, motivasi untuk melakukan banyak hal baik khususnya terkait upaya peningkatan mutu madrasah. Misalnya, Seorang kepala sekolah harus punya “mimpi” untuk membangun sekolahnya menjadi sekolah unggul yang dapat menyelenggarakan pendidikan yang bermutu dan memenuhi bahkan melampaui Standar Nasional. Setelah itu, kepala sekolah harus mampu menjadi leader dan manager untuk menggerakan semua komponen sekolah dalam mewujudkan “mimpi” tersebut. Semua komponen sekolah harus terlibat dan bersinergi untuk mensukseskan rencana kerja madrasah dan terus mengevaluasi apakah sudah sesuai harapan atau target bersama atau belum. Semua komponen harus bertanggung jawab dan bekerja keras menciptakan budaya mutu, “Intinya, orang yang mau sukses itu memang harus mau repot”, tegas Ibu Budi.

Tidak lama setelah Ibu Budi Lestari menyampaikan materi, para peserta yang memang sejak acara workshop sebelumnya terlihat sangat aktif, langsung satu persatu melontarkan pertanyaan serta mengungkapkan gagasan dan pendapat mereka. Peserta yang pertama kali menyampaikan pertanyaan yaitu bapak Agus yang bertanya tentang kiat-kiat untuk menghadapi pegawai baru yang belum bisa menyesuaikan diri dengan budaya madrasah. Sebelum Ibu Budi menanggapi pertanyaan tersebut, para peserta lain terlebih dahulu diberikan kesempatan untuk mendiskusikan dan menyampaikan gagasannya. Salah satu yang memberikan tanggapan adalah Ibu Sri yang menceritakan pengalamannya bahwa jika ada 1 pegawai di lingkungan kerjanya tidak bagus, maka pegawai tersebut untuk sementara “diabaikan dulu”. “Biasanya, kami abaikan dulu, kami menguatkan dulu kebersamaan dan kekompakan para pegawai yag kinerjanya bagus, baru setelah itu kami adakan upaya pendekatan”, ungkapnya. Sedikit Berbeda dengan Ibu Sri, Bapak Saroki yang juga merupakan peserta FGD menyampaikan kalau ada pegawai yang terindikasi tidak bagus, dia langsung berusaha melakukan pendampingan dan mencarikan sosok yang bisa membimbing. Hal terbut dilakukan agar yang bersangkutan tidak memprovokasi atau mempengaruhi pegawai lain yang kinerjanya sudah bagus. “Biar tidak nyari teman FGD untuk Memberontak”, Tegas Pak Saroki.

Terkait Permasalahan pegawai yang belum bisa menyesuaikan diri dengan budaya kerja madrasah tersebut, Ibu Budi selanjutnya menawarkan beberapa alternatif pendekatan. “Harus kita lakukan pemetaan Kompetensi terlebih dahulu”, Jelas ibu Budi. Alternatif pertama yaitu pendekatan secara langsung (Direct). Pendekatan ini cocok bagi pegawai yang memiliki kompetensi bagus tapi motivasinya tidak bagus. Maka caranya adalah dengan melibatkan dalam tim kerja, diberi kepercayaan dan apresiasi. Pendekatan yang kedua adalah pendekatan secara tidak langsung (Indirect). Pendekatan ini cocok bagi pegawai yang motivasinya bagus tapi kompetensinya kurang. Caranya adalah dengan diajak diskusi dan diberi tugas-tugas yang meningkankan kompetensinya. Misalnya dimintai tolong untuk mempelajari materi tertentu dengan target tertentu yang sesuai dengan target kerja madrasah.

Workshop yang dilanjutkan dengan FGD ini diselenggarakan di Gedung Serba Guna Donorojo dan diikuti oleh 50 peserta yang merupakan perwakilan kepala sekolah dan guru madrasah se-kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang. Para Peserta terlihat sangat antusias dan partisipatif sejak awal dimulainya wokshop dan berlanjut pada kegiatan FGD. Hal tersebut tampak dari respon dan tanggapan yang ditunjukan sejak awal sampai berakhirnya acara. Ibu Durotun Nafis, Kepala Sekolah MI Ma’arif Donorojo yang merupakan salah satu peserta workshop dan FGD mengaku sangat senang dan termotivasi. “Workshop ini sangat bermanfaat bagi kami para guru, memotivasi kami untuk be better, membangkitkang spirit atau semangat kami untuk berani mengupayakan perbaikan mutu baik sarana maupun prasarana, memacu kreatifitas kami untuk berusaha membuat terobosan baru, menjadi berbeda dengan yang lain, syukur-syukur bisa menjadi the First”, ungkapnya.

Hal Senada juga disampaikan Ibu Siti Mulyani, S.Pd., M.Pd., Guru MI Muhammadiyah Donorojo yang mengaku semakin termotivasi untuk terus membangun tim yang solid dan melakukan pendekatan pelibatan seluruh komponen sekolah (Whole School Approach) untuk meningkatkan mutu Madrasah. Lebih lanjut, para peserta sama-sama mengharapkan ada tindak lanjut ke depan dengan diselenggarakan lagi workshop serupa untuk mengetahui progress dan hal-hal yang terjadi dilapangan dalam mengaktualisasikan rencana pengembangan mutu madrasah tersebut. “Acaranya sangat menarik dan harus sering-sering diadakan”, ungkap Ibu Sri. Dengan demikian, Acara Workshop dan FGD Pemberdayaan Masyarakat Islam ini sukses diselenggarakan berkat kesungguhan panitia dalam mengemas acara serta didukung dengan penyajian materi yang menarik dari para narasumber dan juga antusiasme serta partisipasi aktif dari para peserta.