Sebuah penelitian kolaboratif antara Chairul Huda dari Indonesia dan Muhammad Nazil Iqdami dari Monash University Australia telah mengungkap fenomena menarik mengenai ritual seks pra-nikah yang terjadi di Gunung Kemukus. Penelitian ini menganalisis praktik tersebut dari sudut pandang budaya hukum dan perspektif hukum Islam.
Gunung Kemukus, sebuah situs ziarah di Jawa Tengah, telah lama dikenal dengan praktik ritual yang melibatkan hubungan seksual di luar pernikahan. Penelitian ini bertujuan untuk memahami akar budaya, konteks sosial, dan implikasi hukum dari praktik tersebut.
Temuan Utama Penelitian:
- Akar Budaya dan Keyakinan: Penelitian menemukan bahwa praktik ritual seks di Gunung Kemukus memiliki akar budaya yang kompleks, melibatkan kepercayaan lokal, mitos, dan interpretasi agama yang unik.
- Konteks Sosial: Praktik ini seringkali dikaitkan dengan harapan untuk mendapatkan berkah, kekayaan, atau kesuksesan dalam kehidupan. Penelitian juga mengungkap faktor-faktor sosial ekonomi yang mendorong individu untuk terlibat dalam praktik tersebut.
- Perspektif Hukum: Dari sudut pandang hukum, praktik ini jelas bertentangan dengan norma-norma agama dan hukum positif yang berlaku di Indonesia. Penelitian ini menganalisis bagaimana hukum pidana, hukum keluarga, dan hukum adat merespons fenomena ini.
- Implikasi Sosial dan Budaya: Penelitian ini juga membahas dampak sosial dan budaya dari praktik ritual seks di Gunung Kemukus, termasuk stigma sosial, masalah kesehatan, dan pelanggaran hak-hak perempuan.
Kesimpulan:
Penelitian ini menyoroti pentingnya memahami kompleksitas praktik-praktik budaya yang menyimpang dari norma-norma agama dan hukum. Dengan menggabungkan perspektif budaya hukum dan hukum Islam, penelitian ini memberikan kontribusi yang signifikan dalam memahami fenomena ritual seks di Gunung Kemukus. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar bagi pengembangan kebijakan dan program-program yang lebih efektif dalam mengatasi masalah ini.